Banyak komentar dan
rumor tentang saraf terjepit. Konon salah satunya cara penyembuhan saraf
terjepit hanya dengan operasi. Yang jelas, bagi ahli bedah saraf tidak mudah
untuk memutuskan tindakan operasi untuk saraf terjepit. Contohnya, saraf
terjepit pada tulang punggung, ada tiga syarat yang harus ditemukan dokter
untuk menetapkan tindakan operasi pada pasien saraf terjepit. Yakni, adanya
kelumpuhan otot akibat saraf terjepit tersebut; adanya gangguan fungsi seperti
tidak bisa kencing, buang air besar atau gangguan ereksi; dan nyeri hebat yang
tidak bisa diatasi dengan obat-obatan.
Saraf terjepit
merupakan kondisi terjepitnya saraf – saraf tulang punggung di daerah pinggang,
leher atau daerah lain. Terjepitnya suatu saraf dapat terjadi dimana, kapan,
dan dengan apa saja. Akibatnya muncul rasa nyeri, sakit, ngilu atau baal pada
bagian tubuh yang sarafnya terjepit. Menurut Dokter Bedah Saraf, dr. Heri
Aminuddin, SpBS(K), derajat kenyerian bergradasi.
Mulai dari rasadiscomfort (tidak
nyaman) kemudian nyeri yang disertai baal, kesemutan, lalu gerak anggota tubuh
terbatas, lumpuh atau sukar digerakan. Jika tetap dibiarkan, maka penderita
saraf terjepit akan mengalami gangguan fungsional seperti kesulitan buang air
kecil, buang air besar, atau ereksi. ”Saraf terjepit pada tulang punggung
bagian bawah (pinggang) tidak menimbulkan kematian, namun menyusahkan karena
mengganggu kegiatan, bekerja, dan kesenangan,” tandas Heri.
Apa penyebab
timbulnya saraf terjepit? Sampai saat ini banyak teori yang memperdebatkannya.
Penyakit degenerative dan pola hidup (life style) diduga sebagai penyebab utama
adanya saraf terjepit. Misalnya, kurang olahraga, malas bergerak, kegemukan,
dan lain-lain. ”Saat ini segala sesuatu makin mudah. Hal inilah yang membuat
kita malas bergerak dan berolahraga; disamping mengkonsumsi banyak lemak dan
karbohidrat , dan lain-lain. Akibatnya, tubuh menjadi gemuk. Kondisi inilah
yang mempengaruhi tulang punggung dan saraf.
Tak hanya itu, akibat aktivitas
tubuh yang ekstrim, cara duduk, cara bekerja seperti membungkuk atau jongkok
dalam bekerja yang salah, juga dapat memprovokasi timbulnya keluhan saraf
terjepit,” ujar Heri. Permasalahan life style ini tak urung memicu
muncul berbagai terjepitnya saraf. Seperti, saraf terjepit oleh jaringan lunak
(otot) atau keras (tulang); rusaknya tulang rawan sehingga inti tulang keluar
(Herniasi Nukleus Pulposus/ HNP); dan perbesaran tulang yang menekan saraf.
Umumnya keluhan saraf terjepit terbanyak di daerah pinggang. Keluhan nyeri yang
timbul merupakan bagian dari nyeri punggung bawah atau low back pain.
Pada
tulang punggung ada bagian yang disebut diskus (bantalan atau sambungan di
antara dua tulang punggung) yang berfungsi semacam peredam beban (shockbreaker).
Jika diskus meleset dan bergeser, atau rusak, maka ada bagian tulang atau
diskus yang langsung menekan saraf. Disamping hal tersebut ada juga zat
tertentu yang keluar dari diskus rusak yang merangsang saraf terjepit dan
menimbulkan rasa nyeri yang amat sangat.
Rasa nyeri sangat khas dan menjalar ke
bagian tubuh lain sesuai penjalaran dari jaringan saraf yang terjepit. Jika
saraf yang terjepit berasal dari bagian leher, nyeri dapat menjalar sampai ke
tangan. Apabila nyeri berasal dari pinggang, penjalaran bisa sampai ke lutut,
bahkan betis dan kaki. ”Saraf yang terjepit umumnya saraf tepi dari tulang
belakang, walaupun ada juga syaraf kepala (cranial nerve) yang terjepit,
contohnya, saraf nomor 7 ( facial nerve) di kepala. Kondisi saraf terjepit
ini menyebabkan gangguan kerja sehingga tidak produktif,” kata Heri.
Pengobatan Saraf
Terjepit
Pengobatan bagi
penderita saraf terjepit relative sama, yakni selalu dimulai dengan terapi
nonbedah. Contohnya fisioterapi, olahraga, program penurunan berat badan, dan
dengan obat pengurang rasa sakit. Dalam pengamatan Heri, ada tiga syarat bagi
penderita saraf terjepit menjalani operasi. Pertama, rasa nyeri yang timbul tak
dapat dihilangkan dengan fisioterapi maupun dengan obat-obatan (intractable pain).
Kedua, jika penderita mengalami gangguan fungsi. Misalnya, tak dapat ereksi,
buang air kecil, bab, dan lain-lain. Ketiga, jika penderita mengalami kelumpuhan
pada otot yang saraf-nya terjepit. “Dalam pengobatan saraf terjepit ada ’anak
tangganya’. Sembilan puluh persen non-operatif. Jadi jika dengan obat,
fisioterapi nggak hilang, kita (dokter, Red.) selalu berusaha kalau bisa
untuk tidak operasi.
Bila tahap pertama ini tidak berhasil, kita akan melakukan
intervensi lebih lanjut, seperti disuntik atau diblok dengan radio frekuensi (pain
management). Kalau tetap juga tidak hilang, perlu dipikir tindakan operasi. Itu
pun dokter memikirkan untuk operasi minimal invasif terlebih dahulu. Biasanya
sembilan puluh persen dengan pengobatan dan fisioterapi back pain bisa
sembuh,” jelas Heri. Anda hanya dapat mencegah terjadinya saraf terjepit dengan
menjaga pola hidup sehat. Sebutlah olahraga teratur, hindari makan berlebihan,
berlemak, dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.