Senin, 15 Januari 2018

Saraf Terjepit Tak Selalu Operasi

Posted by Bundamedik Healthcare System on 08.56 with No comments
Banyak komentar dan rumor tentang saraf terjepit. Konon salah satunya cara penyembuhan saraf terjepit hanya dengan operasi. Yang jelas, bagi ahli bedah saraf tidak mudah untuk memutuskan tindakan operasi untuk saraf terjepit. Contohnya, saraf terjepit pada tulang punggung, ada tiga syarat yang harus ditemukan dokter untuk menetapkan tindakan operasi pada pasien saraf terjepit. Yakni, adanya kelumpuhan otot akibat saraf terjepit tersebut; adanya gangguan fungsi seperti tidak bisa kencing, buang air besar atau gangguan ereksi; dan nyeri hebat yang tidak bisa diatasi dengan obat-obatan.

Saraf terjepit merupakan kondisi terjepitnya saraf – saraf tulang punggung di daerah pinggang, leher atau daerah lain. Terjepitnya suatu saraf dapat terjadi dimana, kapan, dan dengan apa saja. Akibatnya muncul rasa nyeri, sakit, ngilu atau baal pada bagian tubuh yang sarafnya terjepit. Menurut Dokter Bedah Saraf, dr. Heri Aminuddin, SpBS(K), derajat kenyerian bergradasi. 

Mulai dari rasadiscomfort (tidak nyaman) kemudian nyeri yang disertai baal, kesemutan, lalu gerak anggota tubuh terbatas, lumpuh atau sukar digerakan. Jika tetap dibiarkan, maka penderita saraf terjepit akan mengalami gangguan fungsional seperti kesulitan buang air kecil, buang air besar, atau ereksi. ”Saraf terjepit pada tulang punggung bagian bawah (pinggang) tidak menimbulkan kematian, namun menyusahkan karena mengganggu kegiatan, bekerja, dan kesenangan,” tandas Heri. 

Apa penyebab timbulnya saraf terjepit? Sampai saat ini banyak teori yang memperdebatkannya. Penyakit degenerative dan pola hidup (life style) diduga sebagai penyebab utama adanya saraf terjepit. Misalnya, kurang olahraga, malas bergerak, kegemukan, dan lain-lain. ”Saat ini segala sesuatu makin mudah. Hal inilah yang membuat kita malas bergerak dan berolahraga; disamping mengkonsumsi banyak lemak dan karbohidrat , dan lain-lain. Akibatnya, tubuh menjadi gemuk. Kondisi inilah yang mempengaruhi tulang punggung dan saraf. 

Tak hanya itu, akibat aktivitas tubuh yang ekstrim, cara duduk, cara bekerja seperti membungkuk atau jongkok dalam bekerja yang salah, juga dapat memprovokasi timbulnya keluhan saraf terjepit,” ujar Heri. Permasalahan life style ini tak urung memicu muncul berbagai terjepitnya saraf. Seperti, saraf terjepit oleh jaringan lunak (otot) atau keras (tulang); rusaknya tulang rawan sehingga inti tulang keluar (Herniasi Nukleus Pulposus/ HNP); dan perbesaran tulang yang menekan saraf. Umumnya keluhan saraf terjepit terbanyak di daerah pinggang. Keluhan nyeri yang timbul merupakan bagian dari nyeri punggung bawah atau low back pain. 

Pada tulang punggung ada bagian yang disebut diskus (bantalan atau sambungan di antara dua tulang punggung) yang berfungsi semacam peredam beban (shockbreaker). Jika diskus meleset dan bergeser, atau rusak, maka ada bagian tulang atau diskus yang langsung menekan saraf. Disamping hal tersebut ada juga zat tertentu yang keluar dari diskus rusak yang merangsang saraf terjepit dan menimbulkan rasa nyeri yang amat sangat. 

Rasa nyeri sangat khas dan menjalar ke bagian tubuh lain sesuai penjalaran dari jaringan saraf yang terjepit. Jika saraf yang terjepit berasal dari bagian leher, nyeri dapat menjalar sampai ke tangan. Apabila nyeri berasal dari pinggang, penjalaran bisa sampai ke lutut, bahkan betis dan kaki. ”Saraf yang terjepit umumnya saraf tepi dari tulang belakang, walaupun ada juga syaraf kepala (cranial nerve) yang terjepit, contohnya, saraf nomor 7 ( facial nerve) di kepala. Kondisi saraf terjepit ini menyebabkan gangguan kerja sehingga tidak produktif,” kata Heri.

Pengobatan Saraf Terjepit
Pengobatan bagi penderita saraf terjepit relative sama, yakni selalu dimulai dengan terapi nonbedah. Contohnya fisioterapi, olahraga, program penurunan berat badan, dan dengan obat pengurang rasa sakit. Dalam pengamatan Heri, ada tiga syarat bagi penderita saraf terjepit menjalani operasi. Pertama, rasa nyeri yang timbul tak dapat dihilangkan dengan fisioterapi maupun dengan obat-obatan (intractable pain). 

Kedua, jika penderita mengalami gangguan fungsi. Misalnya, tak dapat ereksi, buang air kecil, bab, dan lain-lain. Ketiga, jika penderita mengalami kelumpuhan pada otot yang saraf-nya terjepit. “Dalam pengobatan saraf terjepit ada ’anak tangganya’. Sembilan puluh persen non-operatif. Jadi jika dengan obat, fisioterapi nggak hilang, kita (dokter, Red.) selalu berusaha kalau bisa untuk tidak operasi. 

Bila tahap pertama ini tidak berhasil, kita akan melakukan intervensi lebih lanjut, seperti disuntik atau diblok dengan radio frekuensi (pain management). Kalau tetap juga tidak hilang, perlu dipikir tindakan operasi. Itu pun dokter memikirkan untuk operasi minimal invasif terlebih dahulu. Biasanya sembilan puluh persen dengan pengobatan dan fisioterapi back pain bisa sembuh,” jelas Heri. Anda hanya dapat mencegah terjadinya saraf terjepit dengan menjaga pola hidup sehat. Sebutlah olahraga teratur, hindari makan berlebihan, berlemak, dan lain-lain.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.